Toxoplasmosis
Kalau ada yang paling trauma dengan Toxoplasmosis tentulah
dia dari kalangan ibu atau para wanita. Betapa tidak, konon Toxoplasma adalah
penyebab kemandulan wanita atau hidrocephalus pada bayi yang dilahirkannya.
Toxoplasma juga erat dihubunga-hubungkan dengan “si meong”
yang biasa berkeliaran di sekitar rumah kita. Maka tak heran jika akibatnya si pus lucu yang tak berdosa itu menjadi “kambing hitam” bahkan lebih parah, menjadi “monster” yang dibenci dan ditakuti oleh sebagian orang, terutama ibu-ibu atau para wanita tadi. Sebenarnya apa sih Toxoplasmosis itu? Dan benarkah tuduhan yang ditujukan pada kucing sebagai penyebab timbulnya Toxoplasmosis pada manusia? Tulisan ini mencoba menjawab keresahan yang ditimbulkan akibat kurangnya pengetahuan kita tentang seluk beluk Toxoplasmosis dan cara penularannya.
yang biasa berkeliaran di sekitar rumah kita. Maka tak heran jika akibatnya si pus lucu yang tak berdosa itu menjadi “kambing hitam” bahkan lebih parah, menjadi “monster” yang dibenci dan ditakuti oleh sebagian orang, terutama ibu-ibu atau para wanita tadi. Sebenarnya apa sih Toxoplasmosis itu? Dan benarkah tuduhan yang ditujukan pada kucing sebagai penyebab timbulnya Toxoplasmosis pada manusia? Tulisan ini mencoba menjawab keresahan yang ditimbulkan akibat kurangnya pengetahuan kita tentang seluk beluk Toxoplasmosis dan cara penularannya.
Penyakit Toxoplasmosis berasal dari infeksi parasit
Toxoplasma gondii, perlu digarisbawahi “parasit” bukan virus seperti yang
sering salah kaprah ditudingkan oleh orang-orang yang “emoh” dengan kucing.
Parasit Toxoplasma ini berukuran sangat kecil dan hanya bisa dilihat dengan
bantuan mikroskop elektron. Toxo artinya lengkung dan plasma artinya bentuk
karena memang parasit ini berbentuk seperti bulan sabit jika dilihat dengan
mikroskop. Sedangkan gondii diambil dari nama hewan sejenis tikus yang
diketahui pertama kali mengandung organisme ini yaitu pada tahun 1908 di
Tunisia, sedangkan pada manusia baru ditemukan pada tahun 1923 di Cekoslowakia.
Bagaimana
penularannya pada manusia?
Pemahaman yang sering berkembang di masyarakat awam adalah
bahwa Toxoplasma adalah virus yang terdapat pada bulu atau kotoran kucing dan
dapat menimbulkan kemandulan wanita atau cacat (hydrocephalus) pada bayi yang
dilahirkannya. Pemahaman ini harus segera diluruskan. Bahwa Toxoplasma bukanlah
virus telah dijelaskan di atas. Adapun penularannya pada manusia melalui empat
cara yaitu: yang pertama, secara tidak sengaja memakan makanan yang tercemari
parasit ini. Misalnya kita makan sayuran yang tidak dicuci bersih dan ternyata
parasit toxo telah mencemarinya. Kedua, memakan daging sapi, kambing, babi,
ayam, atau anjing yang mengandung parasit toxo yang tidak dimasak dengan
sempurna (matang). Ketiga, infeksi melalui placenta bayi dalam kandungan.
Seorang ibu hamil yang terinfeksi Toxoplasma bisa menularkan parasit ini pada
janin yang dikandungnya, penularan ini disebut penularan secara congenital. Dan
yang keempat adalah melalui transfusi darah, transplantasi organ dari seorang
donor yang kebetulan menderita toxoplasmosis. Itu saja!
Satu hal yang juga perlu dicermati adalah bahwa penyakit ini
tidak mengenal gender, artinya ia tidak saja menginfeksi wanita tapi kaum pria
pun tidak sedikit yang terinfeksi. Penyakit ini pada umumnya tergolong penyakit
yang asimptomatis, maksudnya tidak menampakkan tanda-tanda klinis pada korban
yang terinfeksi. Penderita toxoplasmosis juga tidak selalu menyebabkan
kemandulan atau keguguran si jabang bayi, tapi bisa juga menyebabkan radang
paru-paru, hydrocephalus, gangguan penglihatan sampai kebutaan. Tapi sering
pula tidak menimbulkan gangguan apa-apa. Biasanya Toxoplasmosis akan menampakkan
gejala klinis jika ada interkurensi infeksi misalnya dengan virus atau protozoa
lain atau pada kondisi stress dan immunosupresi (penurunan daya tahan tubuh,
seperti pada penderita kanker dan AIDS).
Lantas, hubungannya
dengan kucing?
Kucing dan juga hewan-hewan lain dari famili Fellidae
seperti cheetah, leopard dan lain-lain merupakan induk semang defenitif dari
Toxoplasma gondii, penyebab toxoplasmosis. Jadi seandainya di dunia ini tidak
ada kucing dan hewan sebangsanya itu maka parasit toxo pun tak dapat
menyempurnakan siklus hidupnya. Tapi lantas bukan berarti kita harus
“menghabisi” hewan yang disayang Nabi ini. Tidak semua kucing harus dituduh
sebagai penyebab toxoplasmosis, sangat kasihan jika ternyata mereka harus
ditelantarkan. Pun sesungguhnya tak hanya kucing yang bisa terinfeksi parasit
Toxoplasma, karena pada hakekatnya semua hewan berdarah panas termasuk burung
dan mamalia bisa terinfeksi parasit ini, yaitu sebagai induk semang
perantaranya (Intermediate host). Hanyasaja hewan-hewan intermediated host ini
tidak bisa menulari manusia selama kita tidak mengkonsumsinya. Beda dengan
kucing. Karena pada usus halus kucinglah Toxoplasma menyelesaikan keseluruhan
siklus hidupnya, dan akan dikeluarkan bersamaan dengan feces/kotorannya.
Mungkin karena alasan inilah maka kucing menjadi “sangat berdosa” bagi sebagian
kita sementara sapi, kambing, ayam, anjing dan hewan lainnya tidak, meski
sama-sama punya “bibit” Toxoplasma di tubuhnya. Ini tidak adil, bukan? Lantas,
perlakuan “adil” bagaimana yang seharusnya kita tempuh agar kucing tak lagi
tertuduh dan kita juga terhindar dari bahaya? Berikut adalah tipsnya:
1. Sediakan pasir/tempat kotoran untuk kucing dan sebaiknya
dibersihkan setiap hari.
2. Cegahlah kucing agar tidak berburu tikus, burung, lalat
dan kecoa.
3. Jangan memberi makan hewan peliharaan dengan daging,
jeroan, tulang dan susu mentah, tapi masaklah terlebih dahulu.
4. Setelah mencuci daging mentah sebaiknya cuci tangan
dengan sabun agar tak ada parasit yang tertinggal di tangan.
5. Cucilah tangan dengan sabun setiap kali hendak makan.
6. Hindari memakan daging mentah/setengah matang. Makanlah
daging yang benar-benar telah dimasak sampai matang.
7. Cuci bersih sayur-mayur dan buah-buahan yang hendak
dikonsumsi mentah sebelum dimakan (dilalap).
8. Untuk ibu-ibu hamil, sebaiknya tidak membersihkan tempat
kotoran kucing ataupun mencuci daging/jeroan selama masa kehamilan. Mintalah
bantuan orang lain untuk mengerjakannya.
9. Untuk ibu-ibu yang berencana untuk hamil sebaiknya
melakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui ada tidaknya infeksi Toxoplasma.
10. Jika anda memelihara kucing, latihlah dari kecil kucing tersebut dengan
membiasakannya buang kotoran tidak sembarangan yaitu di kamar mandi sehingga
mudah dibersihkan.
Terakhir, sesungguhnya bukan sebab seseorang memelihara
kucing atau tidak, juga bukan karena seseorang “akrab” dengan kucing atau tidak
yang membuka peluang terkena penyakit toxoplasmosis ini, melainkan bagaimana
cara orang tersebut menjaga kebersihan diri dan lingkungannya. Karena seorang
yang teramat “anti” dengan kucing pun bisa saja terinfeksi Toxoplasma jika
tidak peduli dengan kebersihan. Misalnya malas mencuci tangan saat hendak makan
atau gemar memakan daging mentah / setengah matang. Dan sebaliknya, seorang yang
hidup dengan banyak kucing disekelilingnya bisa tetap aman dari toxoplasmosis
selama dia peduli dan menjaga kebersihan. Mudah-mudahan dengan menjaga
kebersihan diri dan lingkungan sekitar rumah kita terhindar dari ancaman
Toxoplasma yang selama ini menakutkan. Amin J